Entah ini khayalan yang tak berarti atau apapun itu, namun hari ini aku bermimpi untuk menciptakan sesuatu yang baru. yaitu sistem perintah melalui voice di seluruh aktivitas rumah tangga, seperti memasak, mencuci, mendengarkan musik, membersikan alat dapur dan menyiapkan segala sesuatu.
semua itu ingin ku ciptakan untuk mempermudah penghuni rumah untuk mendapatkan sesuatu. bayangkan saja, apa yang kalian inginkan telah diprogram untuk dengan sendirinya melakukan perintah itu. Amajin bukan ?
itulah impian yang belum saya wujudkan dan insyaalah dengan berjalannya waktu dan kemampuan yang saya gali terus menerus keinginan itu akan saya selesaikan. Insylaalah . Indah bukan ? jika kita ingin minum, langsung saja bilang " Minum Es" maka akan tersaji dengan sendirinya. semua itu dikalukan dengan komputerisasi !
terimakasih :)
Jangan buat rasa malas hadir dalam kehidupanmu, Itu adalah review dari Kematian. !
Selasa, 03 September 2013
INOVASI DALAM KEJUJURAN
Memang sih, seseorang yang sudah menjadi
mahasiswa itu termasuk sudah Dewasa, sudah mengetahui mana yang harus dilakukan
dan ditinggalkan, namun dibalik semua itu ada sesuatu yang harus diperhatikan
di kehidupan bermasyarakat, yaitu... KEJUJURAN.!
banyak orang yang mengerti arti jujur, namun belum mampu untuk
melaksanakannya ! oleh karena itu, seharusnya ada Dalang dibalik semua itu .
Ya, Dalang. Saya adalah Mahasiswa, dan yang menjadi panutan dalam perkuliahan
ada Dosen, Tulisan ini sebenarnya hanyalah pemikiran saya saja tentang bagai
mana yang harus dilakukan oleh seorang tenaga pengajar ( Dosen ) dalam upaya
mewujudkan Kejujuran Mahasiswanya ! Jadi, menurut saya ada 4 cara dalam
mewujudkan kejujuran itu, yang diantaranya :
1.
Peneladanan
Dosen itu
adalah orang yang digugu dan ditiru, dituruti perkataannya dan contoh
tingkah lakunya. Sebagian besar Dosen tahu tentang teori Modelling,
bahwa anak-anak butuh contoh, model, uswah, atau idola yang ditirunya.
Ia berada dalam tahap peniruan (mimetis) akan orang-orang
disekelilingnya dan mengambil sebagai contoh perilaku yang akan ia coba lakukan
dalam membentuk kepribadian dan jati dirinya.
Sebagai
pendidik, Dosen harus bisa menjadi teladan. Ini adalah harga mati. Dosen
bukanlah orang yang bertugas menjadikan seseorang pandai semata, ia juga perlu
menunjukkan kepada siswanya bagaimana bersikap yang baik dalam hidup.
Kadang-kadang yang terjadi
sebaliknya. Dosen secara tidak sadar melakukan perbuatan yang menjadi contoh
buruk bagi peserta didik, dalam hal kejujuran. Misalnya saja Dosen yang
memanipulasi nilai ujian (mengatrol nilai) agar ia tidak perlu melakukan remidial
teaching, atau agar tidak dianggap gagal dalam mengajar, atau Dosen yang
malah menyarankan agar siswanya memanipulasi nilai rapor agar bisa masuk ke
lembaga pendidikan favorit. Yang
sering terjadi adalah seperti kasus bu Siami: Dosen menyuruh siswanya
menyontek. Ini ironis, seorang Dosen yang harusnya memberi keteladanan malah
menjerumuskan siswanya dalam tindakan tercela. Bukan menjadi teladan, Dosen
seperti ini malah menjadi pelaku kejahatan. Jadi
tidak bisa dipungkiri lagi, agar terwujud peran Dosen dalam membangun budaya
kejujuran akademik, hal pertama yang mesti ia lakukan adalah menjadi teladan,
tentu teladan yang baik.
2.
Pengarahan
Disamping
menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur—dengan jujur pula Dosen juga perlu memberikan pengarahan
kepada peserta didik tentang pentingnya kejujuran. Ini bukanlah tugas Dosen
agama semata, tapi tugas semua Dosen. Dosen perlu menyadari perannya dalam
membangun budaya kejujuran akademik sebagai “tugas bersama”, bukan tugas
“mereka”. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan menyelipkan nilai-nilai
moral—tidak hanya kejujuran—dalam materi-materi yang mereka ajarkan.
Tidak hanya
didalam kelas, Dosen juga perlu memberikan pengarahan di luar kelas. Dosen bisa
memposisikan diri sebagai teman, yang bisa diandalkan siswa untuk mendapatkan
pendidikan nilai-nilai. Peran Dosen dalam membangun budaya kejujuran akademik
tidak terbatas di dalam kelas atau saat pelajaran, tapi juga di luar kelas saat
tidak ada jam pelajaran.
3.
Pujian
Dosen juga
perlu memberikan penguatan positif (reinforcement). Berikan pujian
pada peserta didik jika ia melakukan perilaku yang didasarkan pada kejujuran.
Pujian ini akan memberikan mereka semangat dan memotivasi mereka berbuat jujur
pada waktu yang lain.
4.
Penghargaan
Penguatan
positif juga perlu dilakukan dalam bentuk pemberian penghargaan (reward).
Misalnya saja seorang siswa yang berhasil mengerjakan soal ulangan tanpa mencontek
atau tanpa menoleh kanan-kiri akan mendapatkan tambahan poin. Kadang-kadang
dalam beberapa kasus, juga diperlukan sanksi (punishment) kepada siswa
yang tidak jujur, misalnya poin perolehannya dikurangi. Dosen juga bisa
mengadakan semacam penghargaan atau achievement award bagi siswa yang
nilainya bagus tapi didapat dengan kejujuran. Ini akan membuat teman-temannya
yang lain menemukan role model yang baik yang bisa ditiru.
Pada
akhirnya, untuk mewujudkan semua ini, setiap pendidik harus menyadari peran
Dosen dalam membangun budaya kejujuran akademik. Dalam mewujudkannya, peran
Dosen adalah sentral, bukan perenial. Upaya Dosen secara kultural ini juga
harus diwadahi secara struktural dengan menciptakan sistem pendidikan yang
mendukung. Masyarakat juga harus mendukung. Memang bukan hal yang mudah, namun
juga bukan hal yang tidak mungkin. Jika kita berusaha, jika kita percaya. Insya
Allah. Nah,
itu tadi sedikit dari banyak pemikiran saya selama saya Sekolah dan akhirnya
bisa masuk ke Perguruan Tinggi, atau Sebut saja AMIKOM “ Bangga menjadi bagian
dari Amikom"
Langganan:
Komentar (Atom)