Selasa, 03 September 2013

RUMAHKU PENUH DENGAN SENSOR SUARAKU

Entah ini khayalan yang tak berarti atau apapun itu, namun hari ini aku bermimpi untuk menciptakan sesuatu yang baru. yaitu sistem perintah melalui voice di seluruh aktivitas rumah tangga, seperti memasak, mencuci, mendengarkan musik, membersikan alat dapur dan menyiapkan segala sesuatu.
 semua itu ingin ku ciptakan untuk mempermudah penghuni rumah untuk mendapatkan sesuatu. bayangkan saja, apa yang kalian inginkan telah diprogram untuk dengan sendirinya melakukan perintah itu. Amajin bukan ?

itulah impian yang belum saya wujudkan dan insyaalah dengan berjalannya waktu dan kemampuan yang saya gali terus menerus keinginan itu akan saya selesaikan. Insylaalah . Indah bukan ? jika kita ingin minum, langsung saja bilang " Minum Es" maka akan tersaji dengan sendirinya. semua itu dikalukan dengan komputerisasi !
terimakasih :)

INOVASI DALAM KEJUJURAN



Memang sih, seseorang yang sudah menjadi mahasiswa itu termasuk sudah Dewasa, sudah mengetahui mana yang harus dilakukan dan ditinggalkan, namun dibalik semua itu ada sesuatu yang harus diperhatikan di kehidupan bermasyarakat, yaitu... KEJUJURAN.!
banyak orang yang mengerti arti jujur, namun belum mampu untuk melaksanakannya ! oleh karena itu, seharusnya ada Dalang dibalik semua itu . Ya, Dalang. Saya adalah Mahasiswa, dan yang menjadi panutan dalam perkuliahan ada Dosen, Tulisan ini sebenarnya hanyalah pemikiran saya saja tentang bagai mana yang harus dilakukan oleh seorang tenaga pengajar ( Dosen ) dalam upaya mewujudkan Kejujuran Mahasiswanya ! Jadi, menurut saya ada 4 cara dalam mewujudkan kejujuran itu, yang diantaranya :
1.       Peneladanan
Dosen itu adalah orang yang digugu dan ditiru, dituruti perkataannya dan contoh tingkah lakunya. Sebagian besar Dosen tahu tentang teori Modelling, bahwa anak-anak butuh contoh, model, uswah, atau idola yang ditirunya. Ia berada dalam tahap peniruan (mimetis) akan orang-orang disekelilingnya dan mengambil sebagai contoh perilaku yang akan ia coba lakukan dalam membentuk kepribadian dan jati dirinya.
Sebagai pendidik, Dosen harus bisa menjadi teladan. Ini adalah harga mati. Dosen bukanlah orang yang bertugas menjadikan seseorang pandai semata, ia juga perlu menunjukkan kepada siswanya bagaimana bersikap yang baik dalam hidup.
Kadang-kadang yang terjadi sebaliknya. Dosen secara tidak sadar melakukan perbuatan yang menjadi contoh buruk bagi peserta didik, dalam hal kejujuran. Misalnya saja Dosen yang memanipulasi nilai ujian (mengatrol nilai) agar ia tidak perlu melakukan remidial teaching, atau agar tidak dianggap gagal dalam mengajar, atau Dosen yang malah menyarankan agar siswanya memanipulasi nilai rapor agar bisa masuk ke lembaga pendidikan favorit. Yang sering terjadi adalah seperti kasus bu Siami: Dosen menyuruh siswanya menyontek. Ini ironis, seorang Dosen yang harusnya memberi keteladanan malah menjerumuskan siswanya dalam tindakan tercela. Bukan menjadi teladan, Dosen seperti ini malah menjadi pelaku kejahatan. Jadi tidak bisa dipungkiri lagi, agar terwujud peran Dosen dalam membangun budaya kejujuran akademik, hal pertama yang mesti ia lakukan adalah menjadi teladan, tentu teladan yang baik.
2.      Pengarahan
Disamping menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur—dengan jujur pula Dosen juga perlu memberikan pengarahan kepada peserta didik tentang pentingnya kejujuran. Ini bukanlah tugas Dosen agama semata, tapi tugas semua Dosen. Dosen perlu menyadari perannya dalam membangun budaya kejujuran akademik sebagai “tugas bersama”, bukan tugas “mereka”. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan menyelipkan nilai-nilai moral—tidak hanya kejujuran—dalam materi-materi yang mereka ajarkan.
Tidak hanya didalam kelas, Dosen juga perlu memberikan pengarahan di luar kelas. Dosen bisa memposisikan diri sebagai teman, yang bisa diandalkan siswa untuk mendapatkan pendidikan nilai-nilai. Peran Dosen dalam membangun budaya kejujuran akademik tidak terbatas di dalam kelas atau saat pelajaran, tapi juga di luar kelas saat tidak ada jam pelajaran.
3.      Pujian
Dosen juga perlu memberikan penguatan positif (reinforcement). Berikan pujian pada peserta didik jika ia melakukan perilaku yang didasarkan pada kejujuran. Pujian ini akan memberikan mereka semangat dan memotivasi mereka berbuat jujur pada waktu yang lain.
4.       Penghargaan
Penguatan positif juga perlu dilakukan dalam bentuk pemberian penghargaan (reward). Misalnya saja seorang siswa yang berhasil mengerjakan soal ulangan tanpa mencontek atau tanpa menoleh kanan-kiri akan mendapatkan tambahan poin. Kadang-kadang dalam beberapa kasus, juga diperlukan sanksi (punishment) kepada siswa yang tidak jujur, misalnya poin perolehannya dikurangi. Dosen juga bisa mengadakan semacam penghargaan atau achievement award bagi siswa yang nilainya bagus tapi didapat dengan kejujuran. Ini akan membuat teman-temannya yang lain menemukan role model yang baik yang bisa ditiru.
Pada akhirnya, untuk mewujudkan semua ini, setiap pendidik harus menyadari peran Dosen dalam membangun budaya kejujuran akademik. Dalam mewujudkannya, peran Dosen adalah sentral, bukan perenial. Upaya Dosen secara kultural ini juga harus diwadahi secara struktural dengan menciptakan sistem pendidikan yang mendukung. Masyarakat juga harus mendukung. Memang bukan hal yang mudah, namun juga bukan hal yang tidak mungkin. Jika kita berusaha, jika kita percaya. Insya Allah. Nah, itu tadi sedikit dari banyak pemikiran saya selama saya Sekolah dan akhirnya bisa masuk ke Perguruan Tinggi, atau Sebut saja AMIKOM “ Bangga menjadi bagian dari Amikom"